banner

Minggu, 15 Februari 2015

Tokoh Ekonomi Muslim: Ibnu Khaldun, Ekonom Muslim Multitalenta



Pada zaman keemasannya, dunia Islam memiliki sederet pakar ekonomi yang telah mencurahkan pemikirannya untuk membangun peradaban Islam. Salah satunya adalah Ibnu Khaldun. Ekonom Muslim dari Tunisia ini bernama lengkap Waliyuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Khaldun al-Hadhrami al-Isybili, atau lebih dikenal dengan nama Abdurrahman bin Khaldun al-Hadrami. Beliau lahir di Tunis pada tanggal 27 Mei 1332 M (1 Ramadhan 732H), dan wafat di Kairo pada tanggal 19 Maret 1406 M (25 Ramadhan 808H).
Guru pertama Ibnu Khaldun adalah ayahnya sendiri. Sejak kecil, beliau sudah menghafal al-Qur’an dan ilmu tajwid. Dasar pendidikan al-Qur’an yang diterapkan oleh ayahnya telah menjadikan Ibnu Khaldun mengerti tentang Islam dan haus akan ilmu lainnya. Maka dari itu, beliau juga giat menimba ilmu agama, bahasa, logika, filsafat, hingga fisika dan matematika. Beliau belajar beragam ilmu tersebut dari sejumlah ulama Andalusia yang hijrah ke Tunisia. Dan kini, setelah lebih dari enam abad lamanya, beliau dikenal sebagai sejarawan, ekonom, dan sosiolog besar dengan begitu banyak karya monumental dan menjadi rujukan para ilmuwan dunia, salah satunya adalah Muqaddimah. Seluruh bangunan teorinya tentang ilmu sosial, kebudayaan, dan sejarah termuat di dalamnya. Sejarawan Inggris Arnold J. Toynbee menyebutnya sebagai karya terbesar dalam filsafat sejarah yang pernah dibuat manusia sepanjang masa. Bahkan sejarawan Inggris lainnya mengatakan bahwa Plato maupun Aristoteles belum mencapai jenjang keilmuan setaraf Ibnu Khaldun.
Karena pemikiran-pemikirannya yang brilian, Ibnu Khaldun dipandang sebagai peletak dasar ilmu sosial dan politik Islam. Di bidang ekonomi, Ibnu Khaldun sudah mencetuskan berbagai macam teori, jauh sebelum lahirnya para ekonom Barat seperti Adam Smith dan David Ricardo. Teori-teori yang beliau temukan merupakan hasil pemikiran yang lahir dari hasil pengamatannya terhadap berbagai fenomena masyarakat, kemudian dipadukan dengan analisis yang tajam.
Nilai-nilai spiritual sangatlah diutamakan dalam kajiannya, disamping mengkaji ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Karena beliau berpendapat bahwa kehancuran suatu negara, masyarakat, dan individu dapat disebabkan oleh lemahnya nilai-nilai spiritual.
Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa Allah Swt. menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi dan menciptakannya sebagai makhluk sosial yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang lain.
Dalam konsep rezeki, Ibnu Khaldun mengutip hadis Nabi Saw. “Wahai anak Adam, tidak ada harta yang engkau punya kecuali yang engkau makan lalu habis, atau pakaian yang kau pakai lalu rusak, atau engkau sedekahkan lalu habis (sisanya)” (HR. Muslim). Inilah konsep rezeki Ahlus Sunnah wal Jamaah. Adapun Muktazilah, mereka mendefinisikan rezeki dengan harta yang dimiliki secara utuh dan benar- benar diusahakan (dalam mendapatkannya, bukan cuma-cuma).
Ibnu Khaldun juga menyampaikan konsep Islam tentang ukuran nilai pendapatan yang menjadi alasan Allah swt menciptakan emas dan perak. Disini Ibnu Khaldun memasukkan konsep nilai mata uang sebagai alat transaksi jual beli, sedangkan nilai tenaga kerja diukur dari kemampuan dan kredibilitas. Inilah yang dimaksud oleh sahabat Ali bin Abi Thalib Ra. bahwa “Nilai seorang manusia bergantung pada keterampilan yang dimilikinya.”
Dalam Muqaddimah, Ibnu Khaldun telah merumuskan tiga aspek yang mendasari ekonomi,yaitu:
  1. Keuntungan merupakan bagian dari pendapatan.
  2. Komoditas dihargai oleh usaha tenaga kerja untuk menghasilkannya.
  3. Keuntungan dan pendapatan diperoleh seseorang akibat usaha atau keterampilannya.
Dengan semua teori empirisnya, Ibnu Khaldun tercatat sebagai ekonom pertama yang secara sistematis menganalisa fungsi ekonomi, pentingnya teknologi, dan perdagangan ke luar negeri (ekspor), sehingga negara bisa mendapatkan surplus ekonomi. Beliau pun merumuskan bahwa pemerintah seharusnya memungut pajak yang rendah dan mendukung terciptanya lapangan kerja baru sebagai peningkatan produksi dan pendapatan, untuk mengatasi resesi ekonomi negara.
Itulah beberapa sumbangsih yang dilahirkan oleh salah satu sosok ilmuwan kita. Meski beliau telah berpulang enam abad yang lalu, pemikiran dan karya-karyanya masih tetap dikaji dan digunakan hingga saat ini. Maka tak ada lagi yang perlu diragukan untuk mendaulat Ibnu Khaldun sebagai raksasa intelektualitas yang multitalenta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar